Jembatan Sungai Belan

Tanggal 7 Desember 2010 yang bertepatan dengan 1 Muharram 1432 H aku menyempatkan untuk jalan-jalan ke daerah barat (sekitaran Muntilan-Borobudur). Tujuan semula adalah ngaruhke/nanjakke (meninjau-red) daerah barat yang justru akhir-akhir ini mengalami kerusakan serius akibat bahaya sekunder erupsi merapi. Ketika status Merapi sudah diturunkan menjadi siaga sejak Jumat 3 Desember 2010, bagian barat justru mulai merasakan dampak erupsi merapi. Kalau dulu dihujani abu yang tebal (lebih tebal dibandingkan daerah Sleman: Turi-Tempel), kini harus menghadapi bahaya sekunder yaitu lahar dingin. Kemungkinan kondisi ini akan berlangsung selama musim hujan belum berakhir atau material di puncak belum habis.

Awalnya saya hanya ingin meninjau (layaknya pejabat saja..:D ) daerah Jumoyo tepatnya di desa Gempol yang sebelumnya sempat menyebabkan panik dan kemacetan akibat luapan lumpur lahar dingin di kali putih. Namun setelah melihat kondisi sudah cukup kondusif kemudian saya meluncur ke barat untuk meninjau sungai Pabelan. Keadaan sungai Pabelan lumayan besar arusnya siang itu namun masih terkendali. Kemudian saya meluncur ke arah Borobudur. Tepat pertigaan selatan candi Mendut belok ke arah kiri menuju jembatan Sungai Belan di desa Progowati. Sesampainya di sana (sebelumnya ada tarif pengunjung seikhlasnya: bencana menjadi sumber dana) saya meninjau keadaan jembatan ini. Dilaporkan Pondasi jembatan Sungai Belan di Desa Progowati, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, tergerus banjir lahar dingin sehingga kondisinya menggantung dan bagian timur turun (amblas) sekitar 2-3 meter.

Ini dia sebagian foto yang sempat saya ambil ketika meninjau daerah tersebut. Sebagai tambahan info, sebaiknya kita mulai mengurangi foto dengan latar belakang bencana. Jadi dalam foto ini tidak ada gambar/foto penulis. 😀